Plato (427-347 SM) dilahirkan di lingkungan keluarga bangsawan kota Athena. Semenjak muda ia sangat mengagumi Socrates (470-399), seorang filsuf yang menentang ajaran para sofis, sehingga pemikiran Plato sangat dipengaruhi sosok yang di kemudian hari menjadi gurunya tersebut. Plato memiliki bakat yang sangat besar untuk menjadi pengarang, terbukti hingga saat ini setidaknya 24 dialog Plato dianggap sebagai kesusastraan dunia. Sebagaimana Socrates, Plato selalu mengadakan percakapan dengan warga Athena untuk menuliskan pikiran-pikirannya. Pada tahun 387 SM Plato mendirikan sekolah filsafat yang dinamakannya Akademia (Bertness.1979: 12).
Salah satu pemikiran pemikiran Plato yang terkenal ialah pandangannya mengenai realitas. Menurutnya realitas seluruhnya terbagi atas dua dunia: dunia yang terbuka bagi rasio dan dunia yang hanya terbuka bagi panca indra. Dunia pertama terdiri atas idea-idea dan dunia berikutnya ialah dunia jasmani. Bahkan pemikiran Plato tersebut bahkan berhasil mendamaikan pertentangan antara pemikiran Hera Kleitos dan Parmenides(Bartness.1979:14).
Pandangan Plato mengenai mimesis sangat dipengaruhi oleh pandangannya mengenai konsep Idea-idea yang kemudian mempengaruhi bagaimana pandangannya mengenai seni.
Plato menganggap Idea yang dimiliki manusia terhadap suatu hal merupakan sesuatu yang sempurna dan tidak dapat berubah. Idea merupakan dunia ideal yang terdapat pada manusia. Idea oleh manusia hanya dapat diketahui melalui rasio,tidak mungkin untuk dilihat atau disentuh dengan panca indra. Idea bagi Plato adalah hal yang tetap atau tidak dapat berubah, misalnya idea mengenai bentuk segitiga, ia hanya satu tetapi dapat ditransformasikan dalam bentuk segitiga yang terbuat dari kayu dengan jumlah lebih dari satu . Idea mengenai segitiga tersebut tidak dapat berubah, tetapi segitiga yang terbuat dari kayu bisa berubah (Bertnens1979:13).
Berdasarkan pandangan Plato mengenai konsep Idea tersebut, Plato sangat memandang rendah seniman dan penyair dalam bukunya yang berjudul Republic bagian kesepuluh. Bahkan ia mengusir seniman dan sastrawan dari negerinya. Karena menganggap seniman dan sastrawan tidak berguna bagi Athena, mereka dianggap hanya akan meninggikan nafsu dan emosi saja. Pandangan tersebut muncul karena mimesis yang dilakukan oleh seniman dan sastrawan hanya akan menghasilkan khayalan tentang kenyataan dan tetap jauh dari ‘kebenaran’. Seluruh barang yang dihasilkan manusia menurut Plato hanya merupakan copy dari Idea, sehingga barang tersebut tidak akan pernah sesempurna bentuk aslinya (dalam Idea-Idea mengenai barang tersebut). Sekalipun begitu bagi Plato seorang tukang lebih mulia dari pada seniman atau penyair. Seorang tukang yang membuat kursi, meja, lemari dan lain sebagainya mampu menghadirkan Idea ke dalam bentuk yang dapat disentuh panca indra. Sedangkan penyair dan seniman hanya menjiplak kenyataan yang dapat disentuh panca indra (seperti yang dihasilkan tukang), mereka oleh Plato hanya dianggap menjiplak dari jiplakan (Luxemberg:16).
Menurut Plato mimesis hanya terikat pada ide pendekatan. Tidak pernah menghasilkan kopi sungguhan, mimesis hanya mampu menyarankan tataran yang lebih tinggi. Mimesis yang dilakukan oleh seniman dan sastrawan tidak mungkin mengacu secara langsung terhadap dunia ideal. (Teew.1984:220). Hal itu disebabkan pandangan Plato bahwa seni dan sastra hanya mengacu kepada sesuatu yang ada secara faktual seperti yang telah disebutkan di muka. Bahkan seperti yang telah dijelaskan di muka, Plato mengatakan bila seni hanya menimbulkan nafsu karena cenderung menghimbau emosi, bukan rasio (Teew. 1984:221).
2. Aristoteles
Aristoteles (384-322) berasal dari Stegeira di daerah Tharke, Yunani Utara. Ia belajar di sekolah filsafat yang didirikan Plato dan tinggal di Akademia hingga Plato meninggal dunia. Dua tahun kemudian Aristoteles diangkat sebagai guru pribadi Alexander Agung, barulah setelah Alexander Agung dilantik sebagai raja ia mendirikan sekolah yang dinamakannya Lykeion. Sebagaimana Plato yang sangat mengagumi gurunya, Aristoteles pun sangat mengagumi Plato sebagai pemikir dan sastrawan meskipun dalam filsafatnya Aristoteles menempuh jalan sendiri. Aristotels mengatakan bahwa Plato adalah sahabatnya, tetapi kebenaran lebih akrab dengannya (Bartness.1979:14).
Minat-minat Aristoteles terentang meliputi bidang alamiah dan manusia, termasuk didalamnya etika dan metafisika. Ia merupakan filsuf terkemuka dan terbesar. Asumsi ini dibuktikan berabad-abad melampaui zamannya, sehingga tulisan-tulisannya merupakan basis filsafat alamiah hingga abad ke-17, meskipun tetap terhindarkan adanya kesalah pahaman dan tulisannya pernah digunakan untuk menyusun dogma yang steril. Perbedaan pandangan antara dirinya dan Plato diawali oleh soal-soal mendasar (Jerome R. Rafertsz.2007:12-13).
Aristoteles menyatakan kritik yang sangat tajam terhadap pandangan Plato mengenai konsep Idea-idea. Ia bahkan menawarkan konsep baru yang dikemudian hari dinamakan hilemorfisme sebagai alternative bagi ajaran Plato mengenai Idea-idea (Bartness.1979: 15). Sekalipun demikian tidak dapat disangsikan Aristoteles tetap berutang budi kepada Plato karena dialah yang pertama kali mengungkap tentang idea-idea.
Aristoteles adalah seorang pelopor penentangan pandangan Plato tentang mimesis, yang berarti juga menentang pandangan rendah Plato terhadap seni. Apabila Plato beranggapan bahwa seni hanya merendahkan manusia karena menghimbau nafsu dan emosi, Aristoteles justru menganggap seni sebagai sesuatu yang bisa meninggikan akal budi. Teew (1984: 221) mengatakan bila Aristoteles memandang seni sebai katharsis, penyucian terhadap jiwa. Karya seni oleh Aristoteles dianggap menimbulkan kekhawatiran dan rasa khas kasihan yang dapat membebaskan dari nafsu rendah penikmatnya.
Aristoteles menganggap seniman dan sastrawan yang melakukan mimesis tidak semata-mata menjiplak kenyataan, melainkan sebuah proses kreatif untuk menghasilkan kebaruan. Seniman dan sastrawan menghasilkan suatu bentuk baru dari kenyataan indrawi yang diperolehnya. Dalam bukunya yang berjudul Poetica (via Luxemberg.1989:17), Aristoteles mengemukakakan bahwa sastra bukan copy (sebagaimana uraian Plato) melainkan suatu ungkapan mengenai “universalia” (konsep-konsep umum). Dari kenyataan yang menampakkan diri kacau balau seorang seniman atau penyair memelih beberapa unsur untuk kemudian diciptakan kembali menjadi ‘kodrat manusia yang abadi’, kebenaran yang universal. Itulah yang membuat Aristoteles dengan keras berpendapat bahwa seniman dan sastrawan jauh lebih tingi dari tukang kayu dan tukang-tukang lainnya.
Pandangan positif Aristoteles terhadap seni dan mimesis dipengaruhi oleh pemikirannya terhadap ‘ada’ dan Idea-Idea. Aristoteles menganggap Idea-idea manusia bukan sebagai kenyataan. Jika Plato beranggapan bahwa hanya idea-lah yang tidak dapat berubah, Aristoteles justru mengatakan bahwa yang tidak dapat berubah (tetap) adalah benda-benda jasmani itu sendiri. Benda jasmani oleh Aristoteles diklasifikasikan ke dalam dua kategori, bentuk dan kategori. Bentuk adalah wujud suatu hal sedangkan materi adalah bahan untuk membuat bentuk tersebut, dengan kata lain bentuk dan meteri adalah suatu kesatuan (Bertens.1979: 13).
3. Pythagoras
Mengenai riwayat hidupnya, ia dilahirkan di Pulau Samos, Ionia. Tanggal dan tahunnya tidak diketahui secara pasti. ia juga tidak meninggalkan tulisan-tulisan sehingga apa yang diketahui tentang Pythagoras diperlukan kesaksian-kesaksian. Menurut Aristoxenos seorang murid Aristoteles, Pythagoras pindah ke kota Kroton, Italia selatan karena tidak setuju oleh pemerintahan Polycrates yang bersifat tirani. Dikota ini ia mendirikan sekolah agama, selama 20 tahun ia di Kroton, kemudian ia pindah ke Metapontion dan meninggal di kota ini.
Pemikirannya, substansi dari semua benda adalah bilangan, dan segala gejala alam merupakan pengungkapan indrawi dari perbandingan-perbandingan sistematis. Bilangan merupakan intisari dan dasar pokok dari sifat-sifat benda (number rules the universe=bilangan memerintah jagat raya). ia juga mengembangkan pokok soal matematik yang termasuk teori bilangan. Pemikirannya tentang bilangan adalah bahwa setiap bilangan dasar 1 sampai 10 mempunyai kekuatan dan arti sendiri-sendiri. Satu adalah asal mula segala sesuatu sepuluh dan sepuluh adalah bilangan sempurna. Bilangan gasal lebih sempurna dari bilangan genap dan identik dengan finite (terbatas).
Pythagoras juga mengatakan bahwa alam semesta itu merupakan satu keseluruhan yang teratur, sesuatu yang harmonis seperti dalam musik. Keharmonisan dapat tercapai dengan menggabungkan hal-hal yang berlawanan, seperti; laki-laki dengan perempuan, gasal dengan genap, dll. Kearifan yang sesungguhnya hanya dimiliki oleh Tuhan saja dan tidak dimiliki oleh manusia.
4. Thales
Thales adalah salah satu dari tujuh orang bijaksana. Thales digelari sebagai The Father of Philosophy oleh Aristoleles. Ia juga menjadi penasehat teknis ke-12 kota Ionia. salah satu jasanya yang besar adalah meramal gerhana matahari pada tahun 585 SM.
Thales mengembangkan filsafat alam kosmologi yang mempertanyakan asal mula, filsafat dasar, dan struktur komposisi alam semesta. Menurut pendapatnya, semua yang berasal dari air sabagai materi dasar kosmik.
Sebagai ilmuan pada masa itu ia juga mempelajari magnetisme dan listrik, yang merupakan pokok soal fisika. Ia juga mengembangkan astronomi dan matematika dengan mengemukakan pendapat bahwa kedua sudut alas dari suatu segitiga samakaki sama besarnya. Dengan demikian, Thales merupakan ahli matematika yang pertama dan juga sebagai the father of deductive reasoning (bapak penalaran deduktif).
Menurut Thales, alam semesta ini berasal dari air dan semuanya kembali menjadi air. Bahwa bumi terletak di atas air dan bumi merupakan bahan yang muncul dari air dan terapung diatasnya.
5. Socrates
Socrates adalh seorang anak pemahat yang bernama Sophroniscos dan ibunya adalah seorang bidan yang bernama Phainarete. Istri Socrates bernama Xantipe, yang dikenal sebagai seorang wanita yang judes (galak dan keras). Socrates berasal dari keluarga yang kaya, ia mendapatkan pendidikan dengan baik. Ia pernah menjadi prajurit Athena, ia dikenal sebagai prajurit yang gagah berani. Namun ia tidak suka terhadap urusan politik, karena itu kemudian ia berfilsafat. Ia memusatkan objek filsafatnya pada manusia. Ia juga mengajarkan buah pikirannya kepada anak-anak muridnya. dalam mengajarkan, Socretes tidak pernah memungut biaya apapun, tidak seperti kaum sofis. Namun, pada suatu hari ia dituduh bahwa ajarannya telah merusak moral para pemuda dan menentang kepercayaan negara. Karena tuduhan itu, ia ditangkap dan dihukum mati dengan minum racun pada umur 70 tahun (599).
Pemikiran Socrates adalah tentang keutamaan moral. Sejak muda Socretes telah terlihat sifat kebijaksanaannya, karena selain ia cerdas, juga setiap perilakunya dituntun oleh suara batin (diamon) yang selalu membisikan dan menuntun kearah keutamaan moral. Cara Socrates memberikan pelajaran kepada anak muridnya adalah dengan cara dialog (tanya-jawab), yang bertugas untuk mengupas kebenaran ilmu. Menurutnya pengetahuan sejati atau pengertia sejati sangat penting dalam keutamaan moral. Barang siapa yang mempunyai pengertian sejati berarti memiliki kebajikan atau keutamaan moral berarti pula memiliki kesempurnaan manusia sebagai manusia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar