Pemikiran Parennialisme dalam pendidikan
Parennialisme adalah gerakan pendidikan yang memprotes terhadap gerakan pendidikan Progresivisme yang mengingkari supernatural. Parennialisme adalah gerakan pendidikan yang mempertahankan bahwa nilai-nilai universal itu ada dan bahwa pendidikan itu hendaknya merupakan suatu pencarian dan penanaman kebenaran-kebenaran dan nilai-nilai tersebut.
Nilai pada parennialisme berakar pada masa lalu, nilai formatif ideal masyarakat, absolute dan universal (tidak terikat oleh ruang dan waktu), mutlak, dan universal.
Tujuan pendidikan menurut Parennialisme
Membantu anak menyingkap dan menenamkan kebenaran-kebenaran hakiki. Oleh karena kebenaran-kebenaran tersebut universal dan konstan, maka hendaknya menjadi tujuan-tujuan pendidikan yang murni. Kebenaran-kebenaran hakiki dapat dicapai dengan sebaik-baiknya melalui:
1. Latihan intelektual secara cermat untuk melatih pikiran, dan
2. Latihan karakter sebagai suatu cara mengembangkan manusia spiritual.
Materi kurikulum
Berpusat pada mata pelajaran, pendidikan ideal, latihan mental dalam bentuk diskusi, analisis buku melalui pembacaan buku-buku yang tergolong karya-karya besar, dan pemikir-pemikir besar.
Dalam bidang pengajaran
1. Guru mempunyai peranan dominan dalam penyelenggaraan kegiatan belajar-mengajar dikelas.
2. Guru hendaknya orang yang telah menguasai suatu cabang, seorang guru yang ahli (a master teacher) bertugas membimbing diskusi yang akan memudahkan siswa menyimpulkan kebenaran-kebenaran yang tepat, dan wataknya tanpa cela. Guru dipandang sebagai orang yang memiliki otoritas dalam suatu bidang pengetahuan dan keahliannya tidak diragukan.
Beberapa pandangan tokoh parennialisme terhadap pendidikan:
1. Program pendidikan yang ideal harus didasarkan atas paham adanya nafsu, kemauan, dan akal. (Plato)
2. Perkembangan budi merupakan titik pusat perhatian pendidikan dengan filsafat sebagai alat untuk , mencapainya. (Aristoteles)
3. Pendidikan adalah menuntun kemampuan-kemampuan yang masih tidur agar menjadi aktif atau nyata. (Thomas Aquinas)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar